Kamis, 26 April 2018
Industrialisasi di Indonesia
Industrial di Indonesia
1. Konsep dan tujuan industralisasi
Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industralisasi berawal dari revolusi industry
pertama pada pertengahan abad ke – 18 di inggris dengan pertemuan metode baru untuk
pemintalan dan pertemuan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan
meningkatkan produktifitas dari factor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dengaapan
pertemuan baru dalam pengelolahan besi dan mesin uap yang mendorong inovasi dalam
pembuatan antara lain besi baja. Kereta api dan kapal tenaga uap.
Revolusi industry kedua akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19 dengan berbagai perkembangan
teknologi dan inovasi membantu laju industralisasi . setelah PD II muncul berbagai teknologi
baru seperti produksi masal dengan menggunakan assembly line, tenaga listrik, kendaraan motor,
penemuan barang sintetis dan revolusi teknologi komunikas,elektronik, bio, computer dan
penggunaan robot.
2. Faktor Pendorong Industrialisasi
Suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan
dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur
ekonomi. Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin
pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam
meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Faktor pendorong industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar
negara) :
a). Kemampuan teknologi dan inovasi
b). Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c). Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi
akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d) Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e) Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis
industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f) Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam
industrialisasi
g) Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi
ekspor.
3. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Sektor industri manufaktur di banyak Negara berkembang
mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga dekade
terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan
sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir,
dijuluki a miraculous economic karena kinerja
ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industri
manufaktur merupakan kontributor utama.Untuk melihat
sejauh mana perkembangan industri manufaktur di
Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sektor yang sama di Negara-
negara lain.
Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari
sektor industri manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil
walaupun laju pertumbuhannya rata-rata otuputnya termasuk tinggi di Negara ASEAN lainnya.
Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengantingkat industrialisasi
yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
4. Masalah Keterbelakangan Industrialisasi di Indonesia
Dari segi jumlah penduduk, Indonesia termasuk negara yang sedang berkembang terbesar setelah
India dan Cina. Namun diluar dari segi industrialisasi Indonesia dapat dikatakan baru mulai
merangkak. Salah satu indikator dari tingkat industrialisasi adalah sumbangan sektor industri
dalam GDP (Gross National Product) yang masih relatif kecil. Dari ukuran ini sektor industri di
Indonesia sangat ketinggalan bila dibandingkan dengan negara-negara utama di Asia. Dua
ukuran lain adalah besarnya nilai tambah besarnya nilai tambah yang dihasilkan sektor industri
dan nilai tambah per kapita.
Dari segi ukuran mutlak sektor industri di Indosesia masih sangat kecil, bahkan kalah dengan
negara-negara kecil, seperti Singapura, Hongkong, dan Taiwan. Secara perkapita nilai tambah
sektor industri di Indonesia termasuk yang paling rendah di Asia. Indikator lain tingkat
industrialisasi adalah produksi listrik perkapita dan prosentase produksi listrik yang digunakan
oleh sektor industri. Di Indonesia produksi listrik perkapita sangat rendah, dan tingkat yang
rendah ini hanya sebagian kecil yang digunakan oleh konsumen industri.
Keadaan sektor industri selama tahun 1950-an dan 1960-an pada umumnya tidak
menggembirakan, oleh karena iklim politik pada waktu itu yang tidak menentu. Kebijakan
perindustrian selama awal tahun 1960-an mencerminkan filsafat proteksionisme dan etatisme
yang ekstrim, yang mengakibatkan kemacetan dalam berproduksi. Sehingga sektor industri
praktis tidak berkembang (stagnasi). Selain itu terjadinya kemacetan produksi juga disebabakan
kerena kelangkaan modal dan tenaga kerja ahli yang memadai.
Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang cukup mengesankan pada masa PJP I,
hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang dapat diserap, nilai keluaran yang
dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi pembentukan PDB, serta tingkat pertumhunannya
yang cukup menakjubkan, sampai terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998.
5. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Sektor Industri
A. Strategi Subtitusi Impor
Lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi pada pasar domestic.
Strategi Substitusi Impor adalah domestik ,yang membuat barang menggantikan impor
dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
B. Penerapan startegi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
Industri manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru. Ekspor manufaktur
Indonesia belum berkembang dengan baik. Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde
baru menimbulkan high cost economy . Teknologi yang digunakan oleh industry dalam
negeri, sangat diproteksi
C. Strategi promosi ekspor
Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri. Tidak
ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah.
Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor. Strategi promosi ekspor
mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti
perubahan pola keunggulan komparatif
D. Kebijakan industrialisasi
Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana.
Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN.
Contoh kasus
Ekspor RI Jeblok karena Industrialisasi Tak Berjalan Mulus
Pekerja merakit komponen mobil di PT TMMIN, Jakarta, Senin (9/5). Diharapkan industri
komponen nasional tumbuh seiring dengan pertumbuhan industri otomotif, yang ditargetkan
memproduksi hingga 2 juta unit per tahun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha menilai, jebloknya kinerja ekspor nasional 2017 jika
dibandingkan dengan negara tetangga tak bisa sepenuhnya dilimpahkan kepada Menteri
Perdagangan (Mendag) Engartiarso Lukito.
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai, pelemahan kinerja tersebut dari negara
tetangga disebabkan oleh program industrialisasi di beberapa kementerian sama sekali tidak
berjalan.
“Bapak Mendag tidak sepenuhnya dipersalahkan. Sebab industrilisasi yang menjadi tanggung
jawab di beberapa kementerian sama sekali tidak berjalan, malah cuma mempersulit investor,”
ujar Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia di Jakarta, Sabtu (3/2/2018).
Bahlil memberi contoh di sektor perikanan dan kelautan. Sektor ini menjadi tanggung jawab
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Peta jalan industrilisasi perikanan hingga saat ini
belum jelas. Bahlil mengatakan, industri perikanan Indonesia semestinya dapat menjadi andalan
ekspor nasional.
“Namun saat ini kita sudah tertinggal jauh dari Vietnam. Padahal lautan negara tersebut tak
seluas Indonesia. Sepanjang 2017, mampu mengekspor ikan dan olahannya senilai US$ 8,3
miliar sedangkan Indonesia hanya separuhnya,” ujar dia.
Hal serupa terjadi di Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Di kementerian ini,
aturan setiap bulan berubah, membuat investasi kelistrikan melemah sehingga pasokan listrik
industri mengalami defisit.
Bahlil mengatakan, sebenarnya selain industrialisasi dan meningkatkan ekspor barang olahan,
pemerintah juga dapat mendorong peningkatan produksi komoditas-komoditas pertanian,
perkebunan untuk diekspor.
Namun, peningkatan produksi komoditas-komoditas tersebut mesti dilakukan oleh Kementrian
Perindustrian, Kementrian Pertanian, dan Kementerian ESDM.
Bahlil mengingatkan, daya saing industri nasional saat ini sangat lemah. Kondisi itu diperlemah
oleh kurang kondusifnya iklim investasi yang disebabkan oleh carut-marut regulasi-regulasi baru
ditingkat kementerian maupun di pemerintah daerah.
Padahal, Indonesia telah memiliki momentum untuk meningkatkan investasi langsungnya setelah
mencapai status investment grade tahun lalu. ”Menteri-Menteri tidak ikut semangat paket
deregulasi Bapak Presiden. Saya juga heran kenapa,” ujar Bahlil.
Referensi
https://www.slideshare.net/mariammyim/industrialisasi-0- perkembangan-sektor- industri
http://digilib.uinsby.ac.id/417/5/Bab%202.pdf
https://www.academia.edu/5976204/INDUSTRIALISASI_DAN_PERKEMBANGAN?auto=download
ttps://www.slideshare.net/erlinarisnandari/industrialisasi-dan- perkembangan-sektor- industri-erlina-risnandari- 11140https://www.slideshare.net/erlinarisnandari/industrialisasi-dan- perkembangan-sektor- industri-
erlina-risnandari- 11140131-11- 70418939?qid=2703f79f-96e9- 4ada-9d0d-131-11- 70418939?qid=2703f79f-96e9- 4ada-9d0d-ba9e825f1742&v=&b=&from_search=3
https://www.slideshare.net/BakhrulUlum2/9-industrialisasi- dan-perkembangan- sektor-industri-70500140
http://studypolitic.org/blog/2017/08/14/masalah-industrialisasi/http://studypolitic.org/blog/2017/08/14/masalah-industrialisasi/
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3253727/ekspor-ri- jeblok-karena- industrialisasi-tak-berjalan-mulus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar